Sabtu, 22 November 2008

STT SAMARINDA, 26-30 SEPTEMBER 2005
MATERI : DOSA ( HAMARTIOLOGI)

I ASAL MULA DAN BUKTI DOSA

A. Asal mula dosa tidak begitu nyata
Dosa tidak berasal dari Allah. Allah itu kudus, dan Allah tidak dapat dicobai (Yak 1:13). Sebetulnya asal mula tidak begitu nyata. Hanya di dalam Alkitab terdapat sedikit keterangan mengenai asal mula dosa itu. Mungkin di dalam Yoh 9:3 Tuhan Yesus memberikan sedikit keterangan atas pertanyaan, “Mengapa Tuhan Allah membiarkan dosa masuk ke dunia” , “Bukan dia (berbuat dosa) dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia”. Dalam II Tes 2:7 dikatakan bahwa kedurhakaan itu bekerjanya secara rahasia, juga di dalam Why 17:5; Mengenai asal mula dosa memang membingungkan banyak orang.
“Beberapa orang yang tidak percaya telah menyalahkan Alkitab oleh sebab dosa dan kesusahan dalam dunia. Akan tetapi Alkitab tidak mengadakan tentang dosa, melainkan Alkitab memberikan bukti bahwa dosa sudah ada di dalam dunia. Jikalau Alkitab tidak ada maka persoalan dosa akan lebih membingungkan manusia. Sebetulnya kalau tidak ada Alkitab maka asal mula dosa tidak dapat diduga dan tidak dapat diterangkan. Manusia tidak boleh menyalahkan Allah dalam hal Ia telah membiarkan dosa masuk ke dalam dunia ini. Pengertian kita tidak akan menjadi lebih jelas kalau kita menolak Alkitab yang menerangkan bagaimana dosa telah masuk dunia ini.”.

B. Asal mula dosa adalah dari si Iblis
Alkitab menerangkan bahwa dosa asalnya dari suatu mahkluk yang mempunyai kehendak bebas, yaitu si Iblis. Pada mulanya Iblis adalah seorang malaikat terang yang agung dan suci. Iblis telah memberontak serta mendurhaka kepada Allah, tetapi sebabnya kita tidak tahu. Hanya ada sedikit keterangan dalam Alkitab mengenai sebabnya dosa dalam diri si Iblis, yaitu kesombongan. Dosa berasal dari kehendak Iblis. Tuhan Allah telah menjadikan malaikat-malaikat dengan kehendak yang bebas, dan hal itu akan menjadi baik asal dipimpin dengan baik. Jadi rupanya dosa mulai ada ketika Iblis mendurhaka kepada Allah.
Dalam Yes 14:12-17 diterangkan bahwa Bintang Timur, Putera Fajar, telah jatuh dari langit karena mendurhaka kepada Allah. Perhatikan perkataan “aku hendak” yang diulang lima kali, dan akhirnya “aku hendak menyamai Yang Mahatinggi!” (ayat 14). Bandingkan hal itu dengan II Tes 2:4 dimana Antikristus, wakil Iblis, akan mengaku dirinya sebagai Allah. Juga dalam Yehezkiel pasal 28, di mana Nabi Yehezkiel menangisi atau meratapi Raja Soer itu, terdapat sedikit keterangan bahwa Iblis telah jatuh dari sebab kesombongannya (ayat 17).
“Menurut penafsiran Alkitab secara umum, mahkluk pertama yang dianugerahi kehendak bebas adalah malaikat-malaikat. Dan dengan demikian, asal mulanya dosa dalam alam ini disebabkan mahkluk yang bebas kehendaknya, sebab kalau tidak, dosa tidak menjadi dosa, hanya suatu kesalahan atau nasib. Rupanya beberapa malaikat telah mulai iri terhadap kuasa Allah, dan tidak melawan iri hati itu, lalu mendurhaka kepada Allah. Itulah asal mula jatuhnya beberapa malaikat ke dalam dosa. Dosa mengubah mereka sehingga mereka menjadi setan dan roh-roh jahat. Yang menjadi penghulunya ialah Iblis, yang paling mendurhaka kepada Allah.” Leander S. Keyser.
Jadi, rupanya dosa telah timbul di dalam Bintang Timur itu ketika kehendaknya menyimpang pada jalan yang salah, yaitu melawan Allah. Pada waktu beberapa malaikat berdosa, tidak semua malaikat ikut berdosa. Keadaan ini tidak sama dengan dosa Adam yang mendatangkan dosa ke atas segenap manusia.

C. Asal mulanya dosa di dalam manusia
Semua orang dilahirkan di dalam dosa, yaitu mereka mempunyai sifat dosa. Semua orang telah berdosa. “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.” (Rm 3:10). Bagaimana hal ini terjadi? Alkitab memberikan jawaban atas persoalan itu. Dalam Kejadian 3 diterangkan bagaimana dosa telah masuk ke dalam hati manusia. Dosa itu masuk karena empat hal :
1. karena tertipu, I Tim 2:14 ( BIS)
2. karena melanggar hokum Allah, Rm 5:19
3. karena mendengar bujukan si ular, Kej 3:1-6 dan
4. karena Iblis menggoda dan merusak, Why 12:9.
Sejak Iblis mendurhaka ia meneruskan niatnya yang jahat itu sampai sebatas yang diijinkan Allah. Sebab itu kita tidak heran mendapati dia di dalam Taman Eden karena ia berusaha untuk menjatuhkan manusia. Nyata kepada kita bahwa dalam hal ini jatuhnya Bintang Timur ke dalam dosa sama dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, keduanya jatuh melalui kebebasan kehendak mereka sendiri, mereka salah memilih melawan hokum Allah yang mereka ketahui.

D. Dosa memang ada
Dosa memang ada di dalam dunia; ini merupaan kenyataan dan sangat hebat. Hanya tiga bukti yang akan kita perhatikan:
1. Alkitab menerangkan dengan jelas sekali bahwa dosa memang ada. Banyak ayat yang membuktikan hal itu tetapi kami hanya menyebutkan tiga: Yoh 1:29; Rm 3:23; Gal 3:22.
2. Kesaksian manusia. Kesaksian manusia atas bukti dosa:
a. telah dimasukkan dalam undang-undang negara-negara,
b. telah diakui di dalam tiap-tiap agama, meskipun dalam agama yang salah.
c. Telah diakui oleh ahli-ahli filsafat dari berbagai negara.
3. Kesaksian dari hati nurani manusia. Hati nurani manusia menyaksikan adanya dosa. Tiap-tiap orang tahu bahwa ia berdosa. Hati nurani telah menemplak semua anak-anak Adam. Akibat dosa yang hebat telah nyata dalam tubuh dan pikiran manusia, dan dalam hal semua manusia telah terjerumus ke dalam dosa.

E. Beberapa persoalan tentang dosa
Jikalau dosa tidak dibiarkan dalam dunia ini bagaimanakan manusia dapat menyatakan kesetiaannya kepada Allah? Sebab ada dosa, manusia di dalam dunia ini dapat menyatakan kesetiaannya kepada Allah dan keberaniannya untuk melawan dosa itu. Ini bukan berarti bahwa dosa adalah suatu hal yang baik, melainkan hal yang jahat yang dipakai oleh Allah untuk menguji manusia; dan manusia perlu diuji supaya ia dapat menunjukkan kasihnya Allah. Seandainya saudara memiliki sebuah alat listrik yang dapat diputar sehingga segala dosa dan kesusahan dan penyakit dalam dunia ini dilenyapkan, apakah yang akan saudara perbuat, apakah saudara akan memutar alat itu atau tidak? Kalau saya, saya tidak akan memutar alat itu sebab Allah tidak memutarnya. Dosa ialah mendurhakai Allah, tetapi dosa yang terbesar ialah tidak percaya (menolak) Yesus Kristus.
Perhatikan bahwa manusia memiliki kuasa untuk menentukan kehendaknya, yaitu kuasa untuk memilih yang baik atau yang jahat. Hal ini nyata pada waktu Tuhan Yesus memanggil orang-orang yang menangkap ikan, memanggil Zakheus, perempuan Samaria, orang muda yang kaya, orang-orang Farisi dll. Di dalam membawa jiwa kepada Tuhan Yesus, sebaiknya kita mengemukakan kepada orang itu kenyataan bahwa ia berdosa, lalu tunjukkan kepadanya kesalamatan dari dosa dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

II KEADAAN DAN CARA BEKERJANYA DOSA

A. Hal yang bukan dosa
Dosa bukan kemalangan yang kebetulan terjadi. Alkitab menyatakan bahwa dosa telah terjadi oleh kehendak Adam, dan dosa itu ditanggungkan kepadanya (Rm 5:19). Hal ini terbukti bahwa Tuhan Allah telah menyediakan korban penebusan dosa sebelum dunia ini dijadikan (I Pet 1:19-20)
Dosa bukanlah suatu penyakit atau kelemahan yang oleh sebab hal itu manusia tidak disalahkan. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa manusia harus menanggung akibat karena dosanya. Kalau dosa itu hanya suatu penyakit, tentu manusia tidak boleh dihukum karena dosa itu. Firman Tuhan menanggungkan kesalahan orang-orang berdosa ke atas diri mereka sendiri (Yhz 18:4).
Dosa bukan sesuatu yang diada-adakan. Dosa bukan hanya berarti tidak ada kebenaran. Dosa adalah perlawanan atau kedurhakaan yang pasti terhadap Allah (Mzm 51:6). Dosa bukan suatu kemajuan dalam hal tahu yang baik dan yang jahat seperti yang dikatakan oleh si ular.
Dosa bukan suatu hal yang harus dilakukan oleh seseorang karena ia tidak dapat menolaknya. Alkitab menerangkan kepada kita bahwa darah Yesus Kristus dapat menyucikan kita dari segala dosa (I Yoh 1:7). Tuhan Allah telah menyediakan jalan dalam Injil itu supaya manusia dapat memilih yang benar dan dapat melepaskan dirinya dari dosa. Kuasa Allah yang menyertai kita akan menolong kita untuk memilih Yesus Kristus yang dapat mengalahkan dosa di dalam kita.

B. Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Lama mengenai dosa
Di dalam Imamat 16:21 terdapat tiga perkataan untuk dosa, yaitu dosa, pelanggaran dan kesalahan.
1. Dosa. Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti “tidak kena” atau “tidak sampai”. Ini dapat dihubungkan dengan anak panah yang “tidak kena” sasarannya. Dosa dalam perkataan ini berarti tidak kena, tidak sampai, atau menyimpang dari tujuan dan maksud Allah. Dalam perkataan ini termasuk bukan saja perbuatan-perbuatan dosa, tetapi juga keadaan hati dan maksud hati yang berdosa. Lihat Kej 4:7; Kel 9:27; Bil 6:11; Mzm 51:4,6; Ams 8:36.
2. Durhaka , pelanggaran/pemberontakan (LAI). Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti melawan yang berhak, yaitu melawan perintah Allah, dan melakukan bidat, Mzm 51:3; Ams 28:2.
3. Kejahatan, kesalahan/kedurjanaan (LAI). Perkataan ini dalam bahasa Ibrani berarti “bengkok” atau “diputar”. Ini berarti hati yang bengkok, yang diputar dari yang benar. Perkataan ini tidak terlalu mengenai perbuatan jahat, melainkan berkenaan dengan hati dan tabiat yang jahat (Kej 15:16; Mzm 32:5; Yes 5:18)
Ada juga beberapa perkataan yang lain untuk dosa, seperti:pendurhakaan, kejahatan, pelanggaran karena ketidaktahuan, penyimpangan, kebencian, kenakalan, dll. Kej 41:9; Im 4:13; Yhz 34:6; Mzm 119:21; Im 19:7; Mzm 94:20.

C. Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Baru untuk dosa
1. Dosa (hamartia). Mengherankan bahwa perkataan yang paling umum untuk dosa dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berarti “tidak mengenai sasaran”. Perkataan ini ditulis 174 kali, 71 kali ada di dalam surat-surat Rasul Paulus. Perkataan ini bukan hanya mengenai perbuatan dosa, melainkan juga keadaan hati dan pikiran yang jahat. Perkataan ini berarti manusia ada dalam keadaan ditipu, Rm 3:23.
2. Pelanggaran (parabasis). Perkataan ini berarti menyimpang dari yang seharusnya. Perkataan ini selalu dipakai dalam hal pelanggaran terhadap hokum yang pasti, Rm 4:15. Hukum-hukum Allah menuntut supaya manusia mentaatinya, dan bilamana manusia tidak mau mentaatinya, berarti ia adalah pelanggar hokum dan berdosa, dan murka Allah akan jatuh ke atas dia, Rm 4:15.
3. Kejahatan (adikia). Perkataan ini sama artinya dengan perkataan yang diterangkan pada no.3 dalam daftar Perkataan-perkataan dalam Perjanjian Lama. Dalam I Yoh 1:9 diterjemahkan “kejahatan”, juga dalam I Yoh 5:17 diterjemahkan “kejahatan”. Perkataan ini menunjukkan suatu keadaan hati dan pikiran. Oleh sebab itu Yohanes berkata bahwa dosa-dosa kita diampuni dan kita disucikan dari kejahatan.
4. Durhaka (anomia). Kata ini dapat kita jumpai di dalam Alkitab terjemahan Bode (TKB). Perkataan ini juga terdapat dalam I Yoh 3:4 (TKB). Perkataan ini bukan berarti melanggar hokum dalam suatu perbuatan yang pasti, melainkan dalam hal tidak menurut atau tidak mempedulikan hokum itu. Ini menerangkan tentang keadaan hati.
5. Kefasikan (asebeia). Ini berarti keadaan fasik, yaitu tidak ber-Tuhan. Kata ini mengandung arti bahwa tabiatnya berlawanan dengan tabiat Allah, Rm 1:18; Yud 14,15.
6. Kesalahan (paraptoma). Perkataan ini berarti, “tidak berdiri teguh pada saat harus teguh” , “tidak sampai kepada yang seharusnya”, Mat 6:14,15; Gal 6:1 (TKB); Yak 5:16 (TKB).
Dari keterangan-keterangan di atas nyata bahwa dosa ialah perbuatan-perbuatan yang pasti dan juga suatu keadaan hati. Ada dosa yang disebabkan tidak melakukan yang patut dilakukan, dan ada dosa yang dilakukan dengan pasti seperti melanggar hokum. Oleh sebab itu kita memerlukan korban pendamaian Yesus Kristus bagi keadaan kita dan karena perbuatan-perbuatan kita.
Dalam Perjanjian Baru ada banyak kata lain yang dipakai untuk menyatakan dosa, missal: kefasikan, kelaliman, keinginan jahat, kecemaran, loba, dendam, kedengkilan, pembunuhan, perkelahian, tipu daya, khianat, penghasut, pengumpat, kebencian, kemabukan, takabur, hawa nafsu, zinah, cemburu, menyembah berhala, percederaan, dll.

D. Keterangan Alkitab tentang dosa
1. Roh Kudus menginsafkan dunia “akan dosa karena mereka tetap tidak percaya kepadaKu” (Yoh 16:8,9). Menolak Yesus Kristus adalah dosa yang terbesar.
2. “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak 4:17). Tidak melakukan apa yang patut dilakukan adalah dosa.
3. “Dosa ialah pelanggaran hukum Allah” (I Yoh 3:4). Ini adalah dosa yang pasti dilakukan.
4. “Semua kejahatan adalah dosa” (I Yoh 5:17). Dalam hal ini termasuk perbuatan dosa dan keadaan hati yang berdosa.
5. “Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa” (Rm 14:23). Kurang beriman adalah dosa.
Berdasarkan keterangan itu, maka tiap-tiap orang berdosatelah melanggar Firman Tuhan. Bacalah ayat-ayat tentang dosa yang berikut dalam Ams 21:4; 24:9.

E. Keterangan asas pengajaran Kristen mengenai dosa
1. “Dosa ialah tidak mentaati atau melanggar hukum Allah” (Westminster Catechism).
2. “Dosa ialah tidak mentaati hukum Allah, dalam hal perbuatan, pikiran, atau keadaan” (Dr. A.H. Strong).

F. Pertanyaan-pertanyaan mengenai dosa
Apakah alat dosa yang terbesar? Pengkhotbah 5:5; Yak 3:1-12. Di manakah dosa bercokol di dalam diri manusia? Ams 4:23; Yer 17:9; Mat 5:28. Hati manusia adalah tempat bercokolnya dosa, tetapi tiap-tiap perbuatan dosa adalah pekerjaan kehendak manusia. Seorang pun tidak ada yang dapat mengatakan bahwa ia telah mentaati sebagian besar hokum-hukum Allah, oleh sebab itu ia patut dimaafkan bila melanggar yang lainnya; orang itu tetap bersalah terhadap seluruhnya, Yak 2:10.

III. AKIBAT DOSA

A. Akibat dosa di dalam sorga dan di udara
Dosa dan jatuhnya Iblis serta malaikatnya ke dalam dosa telah membawa beberapa akibat di dalam sorga dan diudara. Oleh sebab dosa maka sorga perlu disucikan, dan hal itu digenapkan di dalam darah Kristus (Ibr 9:23,24). Yesus Kristus sendiri telah masuk ke dalam sorga yang benar. Rupanya di situlah tempat Iblis dahulu mendurhaka, dan dari situ pula Iblis telah dicampakkan. Sejak saat itu tempat bergerak Iblis adalah di udarra, yaitu di bawah sorga. Iblis dan setannya menguasai udara dan dari situ mereka menyerang semua saleh Tuhan (Ef 1:3; 2:6; 6:11,12). Akan datang kelak suatu hari bilamana Iblis dan para setannya akan dilemparkan ke bumi dan sejak saat itu ia hanya akan bergerak di bumi ini saja (Why 12:7-12). Hal ini akan terjadi pada waktu Antikristus memerintah serta menipu dunia ini.

B. Akibat dosa di dalam dunia ini
Dosa dan jatuhnya Adam dan Hawa telah mendatangkan akibat-akibat di dalam dunia ini. Tanah di kutuk oleh sebab dosa manusia (Kej 3:17,18). Selama Kerajaan Tuhan seribu tahun nanti, kutuk ini akan dicabut (Yes 55:13). Dosa manusia membawa akibat pada dunia binatang. Ular juga dikutuk. Sejak terjadi air bah, hubungan manusia dan binatang menjadi hubungan ketakutan, binatang menjadi takut kepada manusia (Kej 9:2). Hal itu berlainan sekali dengan keadaan dalam Taman Eden sebelum manusia berdosa. Akibat dosa binatang-binatang menjadi liar. Hal ini jelas karena nanti pada masa Kerajaan seribu Tahun, binatang-binatang tidak menjadi liar lagi (Yes 11:6-9). Sebenarnya oleh sebab dosa dan jatuhnya manusia maka “segala mahkluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin …sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (Rm 8:19-23). Di dalam ayat-ayat itu Rasul Paulus telah menyatakan hubungan yang erat antara manusia dan binatang. Dosa manusia telah membawa binatang ke dalam “perhambaan kebinasaan”, tetapi penebusan yang sempurna bagi manusai akan membawa kelepasan kepada binatang juga (ayat 21). Pada masa Kerajaan Tuhan seribu tahun nanti segenap bumi dan isinya akan diperbaiki. Pada waktu itu Iblis akan dibelenggu. Terlebih lagi, bila tiba masanya langit baru dan bumi baru, maka segala sesuatu akan disempurnakan dan tidak akan ada dosa lagi, dan Iblis dan setan-setannya dilemparkan ke dalam lautan api. Pada waktu itu tidak akan ada lagi air mata, perkabungan, ratap tangis, dukacita dan maut sekalipun (Why 21:1-5).

C. Akibat dosa bagi segenap manusia
Sebelum Adam jatuh ke dalam dosa ia mempunyai hubungan yang sempurna dengan Allah. Setelah ia berdosa maka hubungannya dengan Allah putus; ia sudah melanggar hokum Allah; dan hubungannya dengan sesama manusia menjadi kacau. Dosa adalah mendurhaka kepada Allah (I Sam 15:23) atau tidak mengasihi Allah dengan segenap hati (Ul 6:5; Mrk 12:30). Adam sudah bersalah dalam kedua hal itu. Dosa juga berarti melanggar hokum Allah dengan sengaja (Bil 15:30; Mzm 19:13), atau melanggar hokum itu sebab tidak mengetahuinya (Bil 15:27; Ibr 9:7). Adam tidak dapat mengatakan bahwa ia tidak tahu hokum Allah, dan meskipun ia tidak mengetahuinya, ia tidak dapat berdalih. Dosa Adam adalah sengaja melanggar hokum Allah yang pasti, yang sudah diketahuinya. Dosa adalah juga kesalahan kepada sesama manusia (Im 19:18; Mrk 12:31). Dosa merusak hubungan antara sesama manusia, oleh sebab itulah anak sulung Adam dan Hawwa tidak mengasihi adaiknya seperti ia mengasihi diri sendiri, ia telah membenci serta membunuh adiknya. Nyata benar bahwa manusia sudah mutlak jatuh ke dalam dosa. Dosa sudah menguasai segenap diri manusia- baik roh, jiwa maupun badan.
(1) Roh manusia telah kehilangan hubungannya dengan Allah. Manusia telah jauh dari hidup persekutuan dengan Allah (Ef 4:18). Sekarang manusia tidak tahu tentang perkara-perkara Allah sebab manusia hanya berada di tingkat jasmani (I Kor 2:14). Manusia harus dilahirkan kembali agar dapat melihat Kerajaan Allah (Yoh 3:3).
(2) Jiwa manusia telah dicemarkan. Pengertiannya menjadi gelap sebab dosa. Hatinya penipu (Yer 17:9). Pikiran hati manusia adalah jahat (Kej 6:5,12; 8:21; Mzm 94:11; Rm 7:18).
(3) Tubuh manusia menjadi fana dan takluk pada kematian (Rm 8:11).
Dengan demikian jelas bahwa oleh sebab dosa dan oleh sebab melawan Allah, roh manusia telah dipisahkan dari Allah, pikirannya menjadi gelap dan bodoh, tubuhnya bisa diserang penyakit serta takluk pada kematian. Manusia tidak dapat menolong dirinya sendiri dan tidak berpengharapan sebab ia berdosa. Manusia telah TERHILANG!
Dosa ditanggungkan ke atas manusia. Tuhan telah menanggungkan dosa ke atas manusia. Hal ini patut dibedakan dengan hukuman dosa. Tanggungan dosa artinya manusia insaf bahwa dirinya harus menanggung dosanya dan patut dihukum. Hukuman dosa yaitu hukuman yang datang sesudah dosa dilakukan, baik hukuman yang memang mengikuti dosa itu ataupun hukuman yang pasti dari Allah atas dosa itu.
Alkitab menyatakan bahwa orang berdosa adalah hamba dosa (Rm 6:17; 7:5,14), dalam keadaan mati (Ef 2:1). Bagaimanakah dosa telah mengubah tingkah laku manusia? (Lihat Ef 2:3; Kol 3:5,7; Tit 3:3). Bagaimanakah dosa telah mengubah hubungan manusia dan Allah? (Lihat Gal 3:10; Ef 2:3). Siapakah yang lebih dahulu berusaha untuk mengadakan penebusan itu? (Lihat II Kor 5:118-21). Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka pusat kehidupannya bukan lagi Allah, melainkan diri sendiri. Boleh jadi itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus menuntut supaya kita menyangkal diri serta mengangkat salib dan mengikut Dia (Mat 16:24)
“Keadaan berdosa lebih ditujukan kepada oknum yang berdosa itu, bukan kepada perbuatan dosanya. Keadaan berdosa tidak menyatakan perbuatan orang berdosa melainkan menyatakan tingkah laku batinnya. Perbuatan dosa merupakan akibat dari keadaan berdosa di dalam batin; Perbuatan dosa berasal dari perangai yang dinajiskan oleh dosa. Perangai yang dinajiskan oleh dosa lebih jahat daripada perbuatan dosa. Begitulah dosa dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Bilamana hati nurani dilawan dengan melanggar kehendak Allah, maka pikiran orang itu digelapkan dan kehendaknya dilemahkan …. Pada permulaannya seseorang bertobat oleh sebab kelakuan-kelakuannya, tetapi sesudah ia bertumbuh ia akan bertobat oleh sebab keadaan hatinya atau keadaannya yang berdosa. Mula-mula ia berpikir bahwa ia harus memperbaiki banyak hal, tetapi bilamana ia telah sungguh-sungguh menginsafi diri sendiri, barulah ia merasakan bahwa dirinya sendiri perlu dilahirkan kembali.”
Dosa mendatangkan kematian – kematian tubuh, jiwa dan roh. Kematian roh membuka jalan bagi penyembahan berhala, kesombongan, hawa nafsu dan segala kefasikan. Kematian kekal ialah kematian roh yang sudah ditentukan untuk selama-lamanya, dan keadaan berdosa serta tidak percaya yang kekal. “Alkitab mengajarkan bahwa kematian yaitu hukuman yang kekal untuk roh; roh kehilangan segala sukacita dan diceraikan dari Allah, dan akan mendapat hukuman Allah yang pasti atas dosa-dosanya oleh karena murkaNya. ‘Dosa adalah keadaan durhaka’, yang dimaksudkan ialah perbuatan dosa. ‘Upah dosa ialah maut’, maksudnya adalah hukuman untuk dosa.”.

D. Hukuman dosa
Hukuman dosa tidak lain daripada tindakan Allah terhadap dosa, karena kesucianNya. Hukuman ialah kesusahan atau kesakitan yang diberikan oleh yang memberi hukuman kepada orang yang telah melanggar hokum itu. Maksud yang terutama dari hukuman bagi dosa bukan untuk memperbaiki orang yang dihukum, dan bukan untuk menakut-nakuti orang-orang supaya jangan berbuat dosa, melainkan supaya kesucian Allah dibenarkan.

E. Hukuman dosa bukan hanya akibat langsung dari perbuatan dosa itu
Hukuman yang merupakan akibat langsung bagi orang berdosa berarti hukuman yang menimpa tubuh, jiwa dan roh orang berdosa pada waktu sekarang. Umpamanya, seorang bapa telah melarang anaknya memanjat pohon untuk mencegah agar anaknya tidak jatuh. Tetapi anak itu tetap naik juga. Kemudian ia jatuh dan patah lengannya. Sesudah anak itu sembuh bapanya memberi hukuman kepadanya. Hukuman sebagai akibat langsung yaitu patah lengan, dan hukuman yang sudah ditentukan sebagai undang-undang ialah hukuman dari bapanya. “Hukuman yang langsung sebagai akibat dari perbuatan dosa merupakan sebagian dari hukuman dosa, tetapi bukan merupakan hukuman yang pasti. Di dalam tiap-tiap hukuman terdapat juga murka Allah …Orang yang berpikir bahwa hanya ada hukuman langsung sebagai akibat dari perbuatan dosanya, maka orang itu lupa bahwa Allah berada dalam alam ini, dan Ia berkuasa atas segala-galanya; dan kalau seseorang jatuh dalam tangan Allah yang hidup (Ibr 10:31), maka ia berarti jatuh ke dalam tangan Dia yang telah memberi hokum-hukum itu.” (Farr).

F. Hukuman dosa bukan berarti bahwa roh dan jiwa lenyap
Semua roh manusia akan hidup selama-lamanya walaupun ia tidak mengenal Yesus Kristus. Itu berarti bukan hanya orang yang percaya kepada Kristus yang akan hidup selama-lamanya, dan orang yang tidak percaya akan lenyap, melainkan semuanya kekal. Perkataan yang diterjemahkan dengan arti “tidak binasa” ditulis enam kali di dalam Perjanjian Baru. Tiga kali perkataan itu berarti “tidak binasa” (Rm 2:7; I Tim 1:17; TKB; II Tim 1:10), dan tiga kali berarti “tidak ada kematian” (I Kor 15:53-54; I Tim 6:16). Di dalam Perjanjian Baru bila perkataan “binasa” dipakai, hal itu bukan berarti benda atau orang itu dilenyapkan: hal itu dapat diartikan dengan “sudah rusak”, atau lebih dalam berarti “tidak dapat dipakai lagi untuk maksud semula.” Misalnya, dalam Mat 9:17 terdapat perkataan “dan kirbat itu huga binasalah” (TKB; ‘dan kantong itupun hancur’ LAI). Itu bukan berarti kantong kulit itu dilenyapkan, melainkan tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semula. Ini nyata juga dalam Mat 26:8 di mana kata yang sama dalam bahasa Yunani diterjemahkan dengan “pemborosan”. Perkataan “binasa” dengan arti yang disebut di atas dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menyatakan keadaan orang-orang yang menolak Yesus Kristus serta tidak bertobat, lihat Mat 7:13; Fil 1:28; I Tim 6:9; Ibr 10:39. Jelas bahwa hukuman dosa (kebinasaan) bukan berarti roh dan jiwa dilenyapkan, melainkan hidup selama-lamanya dalam keadaan binasa dan dihukum.

G. Hukuman yang kekal dan pasti bagi orang berdosa
Hukuman yang pasti berarti hukuman akhirat bagi orang berdosa, yaitu hukuman kekal yang diberikan oleh Tuhan. Hukuman itu dinyatakan dalam Alkitab dengan beberapa perkataan seperti berikut:
“Bangkit untuk dihukum” Yoh 5:28,29.
“Murka dan geram; penderitaan dan kesesakan” Rm 2:8,9.
“Lautan api” Why 20:15
“Siksaan api kekal” Yudas 7
“Api yang kekal” Mat 25:41
“Lautan api yang menyala-nyala oleh api” Why 19:20.
“Kematian yang kedua” Why 21:8
“Neraka” II Pet 2:4.
“Kebinasaan selama-lamanya” II Tes 1:9.
Semua perkataan di atas hanya satu artinya, yaitu hukuman bagi orang berdosa yang tidak bertobat. Akan tetapi hukuman yang kekal di dalam Alkitab sering disebut “kematian” dan “kebinasaa”. Oleh sebab itu kalau kita dapat mengerti arti kedua perkataan itu (sebagaimana dipakai dalam Alkitab) tentu kita dapat mengerti hukuman kekal.

1. Kematian
Mengenai kematian sudah diterangkan dalam pasal sebelumnya. Kematian jasmani disebut dalam Yoh 11:14; Kisah 2:24; Rm 8:38. Kematian rohani disebut dalam Luk 15:24; Yoh 5:24; 8:51; Rm 8:13; Ef 2:1; I Tim 5:6 dan Why 3:1. Kematian kekal disebut dalam Mat 10:28; 25:41,46; II Tes 1:9; Why 14:11.
Kematian yang kekal mempunyai arti lebih daripada tinggal tetap selama-lamanya dalam keadaan mati rohani. Kematian kekal juga disebut “kematian yang kedua” Why 2:11; 20:6,14,15; 21:8. Dalam Why 20:10 disebutkan suatu “lautan api” yaitu tempat dimana orang-orang disiksa siang malam tak ada hentinya, sebab ketika Iblis dilemparkan ke tempat itu, “binatang dan nabi palsu” itu sudah ada di sana seribu tahun lamanya, disiksa siang malam. Oleh sebab itu kematian yang kedua adalah suatu tempat siksaan yang tidak ada akhirnya, tempat itu adalah tempat siksaan yang nyata dan dapat dirasakan. “Dalam Alkitab dijelaskan bahwa kehidupan itu yang dimaksud bukan hanya bergerak secara jasmani saja, melainkan hidup di dalam kebenaran dengan mengenal Allah, yaitu hidup beserta Kristus. Jadi, kematian itu bukan suatu keadaan tidak ada, dihapuskan atau dilenyapkan, melainkan berada dalam keadaan yang salah, keji, hina dan mengikuti Iblis.” – Dr. Torrey (Lihat Why 21:8)
2. Kebinasaan
Sudah diterangkan bahwa “binasa” berarti “rusak” yaitu tidak dapat dipakai lagi untuk maksud yang semestinya (Mat 9:17; 26:8). Akan tetapi “kebinasaan” juga dipakai dalam Alkitab untuk menerangkan hukuman yang pasti bagi orang berdosa. Kalau kita menyelidiki dan membandingkan Why 17:8,11; II Pet 3:16; Fil 3:19; II Pet 3:7 dengan Why 19:20 dan 20:10, maka nyata kepada kita bahwa “kebinasaan” berarti keadaan mahkluk-mahkluk yang disiksa dengan tidak ada akhirnya, dan keadaan itu diinsafi oleh orang yang disiksa. Telah dijelaskan dalam Why 14:10-11; Mat 25:41; II Tes 1:9,10 bahwa siksaan itu tidak berhenti siang dan malam, sampai selama-lamanya. Perhatikanlah cerita tentang orang kaya dan Lazarus (Luk 16:19-31). Banyak orang menganggap cerita ini sebagai perumpamaan, tetapi Tuhan Yesus tidak menyebut perumpamaan dalam cerita itu. Rupanya hal-hal berikut ini merupakan keadaan yang akan terjadi. Perhatikanlah bahwa orang kaya itu:
a. masih dapat mengingat (ayat 25),
b. ia menyesal (ayat 24),
c. ia disiksa (ayat 24),
d. ia masih mempunyai perasaan saying terhadap saudara-saudaranya (ayat 28),
e. ia dapat melihat Lazarus yang senang (ayat 25),
f. ia memohon kasihan dan kegelapan (ayat 25 dan 26),
g. ada jurang yang tak terseberangi antara saleh-saleh Tuhan dan orang-orang jahat (ayat 26).
Jelas bahwa siksaan bagi orang-orang yang tidak bertobat dan tidak percaya akan Tuhan Yesus Kristus adalah siksaan yang tidak ada akhirnya. Siksaan itu dasyat sekali.

H. Di manakah orang-orang akan tinggal sepanjang masa kekekalan ?
Jawaban untuk pertanyaan itu ada di dalam kehendak pribadi masing- masing. Satu hal yang nyata dari Alkitab ialah persoalan itu dipastikan dalam kehidupan sekarang ini. Lihat Luk 16:26; Yoh 5:28,29; 8:21,24; Ibr 9:27.

I. Ringkasan tentang hukuman yang kekal
Akibat orang berdosa yaitu siksaan yang kekal. Siksa itu dinyatakan dengan perkataan-perkataan “murka” , “geram”, “siksaan” dan “hukuman kebinasaan” dalam ayat-ayat yang berikut : Rm 2:8,9; Yudas 7; II Tes 1:9.
Hukuman dan siksaan itu kekal. Dalam Alkitab perkataan “selama-lamanya” sering dipakai. “Perkataan itu dipakai dalam menyatakan kehidupan Kristus (Yoh 12:34); Roh Kudus yang tetap tinggal di antara kaumNya (Yoh 14:16); pekerjaan Imam Kristus (Ibr 7); Firman Allah (I Pet 1:23); kebenaran orang percaya (II Kor 9:9). Perkataan itu juga dipakai untuk menyatakan akibat orang-orang berdosa (Yudas 13; II Pet 2:17). Dalam ayat-ayat itu tidak disebutkan bahwa ada suatu tempat yang menunjukkan bahwa keadaan di situ tidak sampai ‘selama-lamanya’ ” (F.W.Grant).


J. Tempat hukuman yang kekal
Tempat hukuman yang kekal ialah neraka, (Mrk 9:43-48). Api neraka disediakan khusus untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Mat 25:41). Api itu adalah api yang sungguh-sungguh, lihat Mat 7:19; Yoh 15:6; Yes 66:24; Ibr 6:8; 10:26,27; Why 20:15; 21:8; Mat 13:30,41,42. Tuhan Allah merindukan supaya semua manusia diselamatkan, dan hal itu dibuktikan tatkala Ia mengutus AnakNya ke Golgota. Tuhan tidak mau seorang pun binasa (II Pet 3:9), dan Tuhan telah menyediakan tebusan supaya jangan ada manusia yang binasa. Akan tetapi kalau manusia sengaja mengikut Iblis tak dapat tidak ia akan menuju ke tempat yang disediakan untuk Iblis itu.
Rupanya ada perbedaan tingkat hukuman dalam tempat itu (Luk 12:47,48; Rm 2:2-16). Tetapi ayat-ayat ini bukan berarti bahwa ada beberapa orang tidak akan dihukum, sebab semua orang telah berdosa dan melanggar terang yang ada padanya. Maksud kami dalam mengemukakan hal ini ialah untuk menerangkan bahwa hukuman-hukuman Allah adalah adil. Tiap-tiap orang dihukum sesuai dengan perbuatannya (Why 20:12).
Tempat hukuman yang kekal ialah di dalam lautan api, dan orang yang disiksa di dalamnya dapat merasakan dan menginsafi siksaan itu. Di dalam Luk 16:19-31 dikatakan bahwa orang-orang jahat terus masuk ke tempat siksaan sesaat sesudah ia mati. Mereka itu akan dipanggil dan dibangkitkan dari tempat itu untuk menghadap tahta Allah (tahta putih yang besar) pada kebangkitan yang kedua (Yoh 5:28,29; Why 20:11-15). Pengadilan itu bukan untuk orang yang percaya kepada Kristus, sebab mereka telah masuk dalam kebangkitan yang pertama (Why 20:4; I Tes 4:14-17) dan mereka itu tidak akan kena hukuman lagi (Yoh 5:24).
Hukuman yang kekal itu dinamakan kematian yang kedua. Kematian yang pertama bukan berarti jiwa dan roh dihapuskan, dan begitu pula dalam kematian yang kedua (Why 20:!4; 21:18).

K. Masih adakah kesempatan bagi orang-orang yang sudah mati mendengar tentang keselamatan Yesus Kristus ?
Tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang menawarkan hal itu. Dan semua orang telah memiliki terang yang cukup untuk dapat menghukumkan dia kalau terang itu tidak ditaatinya. Lihat Yoh 14:6; Kisah 4:12; Rm 2:!2-16.
“Akibat yang akan diterima oleh orang-orang yang menolak keselamatan di dalam Yesus Kristus yang ditawarkan kepadanya yaitu siksaan yang dirasakan dan dialami tanpa ada akhirnya. Ini merupakan sesuatu yang dahsyat sekali, tetapi sesuai dengan isi Alkitab. Betapa hebatnya dosa menolak rahmat Allah yang telah memberikan AnakNya yang tunggal untuk menjadi Juruselamat kita. Orang yang tidak menginsafi akan hebatnya dosa, dan tidak mengerti tentang kesucian Allah atau kemuliaan Kristus, serta apa yang dituntut oleh Kristus dari manusia, orang itu lebih suka memegang ajaran yang melemahkan hukuman atas orang yang tidak bertobat. Bila kita tahu betapa dasyatnya dosa, dan tahu akan kesucian Allah yang sempurna, serta kemuliaan Yesus Kristus, tentu hati kita akan menuntut hukuman yang kekal bagi orang yang menolak Kristus, yang mengasihi dosa dan memilih dosa, dan yang lebih menyukai kegelapan daripada terang.” Dr. R.A.Torrey.
Berhubungan dengan asas ini, bagaimanakah saudara-saudara kita yang tidak bertobat dan yang menolak Kristus ? Dr. R.A.Torrey menjawab, “Lebih baik kita mengakui hal yang sungguh-sungguh nyata. Lebih baik kita berusaha menyelamatkan saudara-saudara kita dari bahaya dan tidak berbantah-bantah tentang hal yang sungguh-sungguh nyata. Ketidakpercayaan kita bahwa topan akan datang tidak dapat mencegah datangnya topan itu. Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, serta insaf akan kemuliaan-Nya dan apa yang dituntut oleh Tuhan dari manusia, tentu kita akan berkata bahwa orang-orang yang menolak dan menghina Kristus patut disiksa sampai selama-lamanya, walaupun orang itu saudara kita.
“Misalnya seorang yang sangat kita kasihi melakukan kesalahan yang besar kepada seorang lain yang lebih kita kasihi, dan ia tetap berada di dalam kesalahannya, tentu kita akan menghendaki bahwa orang itu patut dihukum selama-lamanya.
“Walaupun manusia telah berdosa, tetapi Tuhan memberikan rahmatNya dengan mengorbankan AnakNya sendiri supaya dapat menyelamatkan manusia. Jadi, kalau manusia tetap menolak rahmatNya serta menghina Anak Allah itu dan ia disiksa selama-lamanya, tentu kita harus mengaminkannya serta mengatakan, ‘ Benar dan adil hukumanMu, ya Allah!’
“Bagaimanapun juga sudah nyata di dalam Alkitab bahwa orang-orang yang tidak bertobat serta menolak Kristus akan disiksa selama-lamanya. Senang atau tidak senang, kita harus percaya akan hal ini dan menunggu sampai kita tiba di surga, dan disanalah kelak kita dapat mengetahui apa sebabnya Tuhan mengatur demikian. Dalam hal ini tentu Tuhan mempunyai maksud yang berbudi, walaupun kita tidak mengerti maksud itu. Manusia, yang paling berhikmat sekalipun, tidak dapat memerintah Tuhan dalam hal ini. Kita hanya dapat mengetahui hal-hal yang sudah dinyatakan Tuhan kepada kita. Sebagai kesimpulan ada dua hal yang jelas. Pertama: semakin dekat seseorang berjalan beserta Allah, dan semakin ia berserah kepada Tuhan dan pekerjaanNya, mereka akan semakin lebih mempercayai asa ini. Ada orang yang berkata, ‘ Saya tidak dapat menerima asas itu sebab saya sangat mengasihi sesama manusia saya’. Lebih baik orang itu menunjukkan kasihnya dengan menyerahkan dirinya bagi sesamanya manusia, seperti Yesus, agar jiwanya selamat, daripada menentang asas pelajaran ini, sebab kita sama sekali tidak dapat mengubah hal-hal yang sudah dipastikan Allah.
“Orang Kristen yang duniawi tidak berpegang pada pengajaran tentang asas siksaan yang kekal. Banyak asas pengajaran yang salah mengenai hukuman yang kekal sudah diberitakan di dalam dunia, lihat I Tim4:1; II Tim 4:3. kalau orang Kristen menolak kesucian, berarti ia juga menolak asas pengajaran yang benar. Jemaat yang duniawi, yang mengikuti kehendak dunia, juga tidak senang dengan asas pengajaran yang mengemukakan tentang hukuman yang kekal. Orang-orang yang berpegang pada asas yang salah mengenai hukuman dosa, akan segera kehilangan kuasa Allah. Boleh jadi orang itu pandai berkhotbah, tetapi satu hal yang jelas, ia tidak pandai menarik jiwa kepada Tuhan. Orang itu tidak dapat meminta kepada orang-orang lain untuk diperdamaikan dengan Allah. Orang semacam itu seringkali merusak iman orang yang sudah percaya kepada Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya bahwa kan ada hukuman yang kekal, dan kalau hal itu tertanam dalam hati kita, tentu kita akan sangat berusaha supaya orang-orang yang terhilang dapat diselamatkan. Dan kalau kita telah meringankan hal ini, berarti kita tidak lagi bernyala-nyala dengan kasih Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh percaya kepada asa pengajaran yang diterangkan dalam Alkitab ini, tentu kita akan menyerahkan diri kepada Tuhan untuk dipakai bagi keselamatan orang-orang yang terhilang.
“Janganlah menerima asas pengajaran ini secara akal saja. Sebab kalau saudara mencoba mengajarkan asas pengajaran ini dengan akal, maka saudara akan menjauhkan orang-orang dari Kristus. Tetapi kalau asas ini ditanamkan dalam hati yang penuh dengan kasih, dan kalau hal itu dipertimbangkan di dalam hati yang penuh dengan kasih, sehingga hati kita terbeban untuk orang-orang berdosa, tentu tenaga kita, uang kita, dan segala yang ada pada kita akan kita pakai untuk keselamatan manusia, yaitu menyelamatkan mereka itu dari neraka, tempat siksaan yang pasti dialami dan dirasakan sampai selama-lamanya.” (Dr.R.A. Torrey).
Robert Murray McCheyne, pengkhotbah yang termasyur di Skotlandia, selalu bersandar pada mimbar sambil menangis apabila ia berkotbah tentang kebinasaan orang-orang yang tidak mau bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Itu merupakan teladan yang baik untuk tiap-tiap pengkhotbah.


MATERI PERBANDINGAN TENTANG : DOSA
SUMBER : ENSIKLOPEDIA ALKITAB MASA KINI.

I.ARTINYA
Alkitab menggunakan beberapa istilah untuk dosa. Kata Ibrani yang paling umum ialah khatta’t (dalam berbagai bentuk dari akar kata yang sama), ‘awon, pesya’ra: dan kata Yunani ialah hamartia, hamartema, parabasis, paraptoma, poneria, anomia dan adikia. Ada beda pengertian terkandung dalam masing-masing istilah itu yang memantulkan berbagai segi, dan dari situ orang mengenali dosa. Dosa adalah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak menaati hukum, kelalaian atau ketidakadilan. Dosa ialah kejahatan dalam segala bentuknya.
Tetapi keterangan dosa janganlah begitu saja dikutip dari istilah-istilah dalam Alkitab. Ciri utama dosa dalam segala seginya ialah tertuju kepada Allah. Daud mengungkapkan hal ini dalam pengakuannya. ‘Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa’ (Mzm 51:6), dan Paulus dalam tuduhannya. ‘Keinginan daging ialah perseteruan dengan Allah’ (Rm 8:7). Kepastian arah ini harus dipertimbangkan bila hendak mencari pengertian yang dikandung istilah-istilah yang bermacam-macam itu. Setiap pengertian tentang dosa yang tidak dilatari penentangan yang tertuju kepada Allah, adalah merupakan penyimpangan dari arti yang digambarkan Alkitab.
Pikiran umum bahwa dosa adalah melulu keakuan, menunjukkan pemahaman yang salah tentang kodrat dosa dan bobot kejahatannya. Dari awalnya dan sepanjang perkembangannya, dosa adalah setiap penentangan yang ditujukan kepada Allah, dan patokan inilah yang dapat menerangkan keanekaan bentuk dan kegiatan dosa. Apabila Alkitab berkata bahwa ‘dosa ialah pelanggaran hokum Allah’ (I Yoh 3:4), maka kepada pengertian yang sama inilah perhatian kita ditujukan. Hokum Allah ialah gambaran dari kesempurnaan Allah; dalam hukumNya, kekudusanNyalah yang terungkap untuk mengatur pikiran dan tindakan, selaras dengan kesempurnaanNya. Pelanggaran ialah penentangan atas apa yang dituntut kemuliaan Allah dari kita, yang pada hakikatnya sama dengan menentang Allah sendiri.

II.ASAL MULA DOSA
Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terdukti dari hadirnya penggoda itu di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Tapi Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam dosa, kecuali asal mula dosa dalam kaitannya dengan manusia.
Kej 3 menceritakan jalannya peristiwa pencobaan, dan I Tim 2:14 mengulas pencobaan itu (bnd. Yak 1:13-14). Serangan Iblis ditujukan terhadap keutuhan dan kebenaran Allah (bnd Kej 3:4). Dan sifat katanya yang meyakinkan Hawa ialah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal yang baik dan yang jahat (bnd Kej 3:5). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan, ‘Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian’, yang justru adalah tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa membenarkan dakwaan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah –tahu yang baik dan yang jahat.
Jenis keinginan atau hawa nafsu itulah yang disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa memberikan tempat kepada Iblis, yang hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya hak-hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yang demikian kasar dan lancing, dan dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahapan langkah-langkahnya yang mendahului tindakannya memakan buah terlarang itu.
Di situlah letaknya asal mula dosa dan sifatnya yang sesungguhnya. Dosa tidak bermula pada tindakan yang terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (bnd Mrk 7:21-23). Kebusukan hati terungkap sendiri dalam perbuatan melanggar perintah Allah; Adam dan Hawa mula-mula sesat dari Allah, barulah kemudian mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran nyata. Mereka dihanyutkan oleh hawa nafsu sendiri dan tergoda. Bagaimana ini dapat terjadi dalam hal mereka, itulah rahasia asal mula dosa.
Bobot kejahatan dosa yang pertama itu nampak dalam kenyataan, bahwa dosa itu memperkosa kedaulatan Allah dan perintahNya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan kasih karuniaNya. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hatiNya, menengkari hikmatNya, menolak keadilanNya, memutarbalikkan kebenaranNya, dan menghinakan kasih karuniaNya. Lawan dari segenap kemahasempurnaan Allah adalah doa. Dan melawan itu adalah tetap watak dosa.

III. AKIBAT –AKIBAT DOSA
Dosa Adam dan Hawa bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri tanpa kaitan. Akibat-akibatnya terhadap mereka, terhadap keturunannya dan terhadap dunia segera kelihatan.
a. Sikap manusia terhadap Allah
Perubahan sikap Adam dan Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yang terjadi dalam hati mereka.’Bersembunyilah manusia dan istrinya itu terhadap Allah Yahweh di antara pohon-pohonan dalam taman’ (Kej 3:8), dan ‘ditutupilah dirinya dengan cawat’ (Kej 3:7). Padahal manusia diciptakan untuk hidup dihadapan Allah dan dalam persekutuan dengan Dia. Tapi sekarang – setelah mereka jatuh ke dalam dosa – mereka gentar berjumpa dengan Allah (bnd Yoh 3:20). Rasa malu dan ketakutan yang sekarang menrajai hati mereka (bnd Kej 2:25; 3:7,10)menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi.
b. Sikap Allah terhadap manusia
Perubahan tidak hanya terjadi pada sikap manusia terhadap Allah, tetapi juga pada sikap Allah terhadap manusia. Hajaran, hukuman, kutukan dan pengusiran dari Taman Eden, semuanya ini menandakan perubahan itu. Dosa timbul pada satu pihak, tapi akibat-akibatnya melibatkan kedua pihak. Dosa menimbulkan amarah dan kegusaran Allah, dan memang harus demikian sebab dosa bertentangan mutlak dengan hakikat Allah. Mustahil Allah masa bodoh terhadap dosa, karena mustahil pula Allah menyangkali diriNya sendiri.
c. Akibat-akibatnya terhadap umat manusia
Sejarah umat manusia berikutnya melengkapi daftar kejahatan (Kej 4:8,19,23,24; 6:2,3,5). Dan timbunan kejahatan yang merajalela itu mencapai kesudahannya dalam pemusnahan umat manusia, kecuali 8 orang (Kej 6:7,13; 7:21-24). Kejatuhan ke dalam dosa berakibat tetap dan menyeluruh, tidak hanya menimpa Adam dan Hawa, tetapi juga menimpa segenap keturunan mereka; dalam ihwal dosa dan kejahatan terkandung solidaritas insani, yakni sama-sama langsung terhisap dalam perbuatan dosa itu dan menanggung segala akibatnya.
d. Akibat-akibatnya terhadap alam semesta
Akibat-akibat dari kejatuhan ke dalam dosa meluas sampai ke alam semesta. ‘Terkutuklah tanah ini karena engkau’ (Kej 3:17; bnd Rm 8:20). Manusia adalah mahkota seluruh ciptaan, dijadikan menurut gambar Allah, dan karena itu merupakan wakil Allah (Kej 1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencan laknat atas alam semesta, yang tadinya atasnya manusia telah dikaruniai kuasa. Dosa adalah peristiwa dalam kawasan rohani manusia, tapi akibatnya menimpa seluruh alam semesta.
e. Munculnya maut
Maut adalah rangkuman dari hukuman atas dosa. Inilah peringatan yang bertalian dengan larangan di Taman Eden (Kej 2:17), dan merupakan pengejawantahan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa (Kej 3:19). Maut sebagai gejala alamiah, ialah porandanya unsur-unsur kedirian manusia yang pada asalinya adalah utuh dan padu sejalin. Keporandaan ini melukiskan hakikat maut, yaitu keterpisahan, dan hal ini terungkap sejelas-jelasnya dalam terpisahnya manusia dari Allah, yang nyata pada pengusiran manusia dari Taman Eden. Oleh karena dosa, manusia gentar menghadapi kematian (Luk 12:5; Ibr 2:15).

IV. DOSA DITANGGUNGKAN PADA SEGENAP UMAT MANUSIA
Dosa pertama, yaitu dosa Adam, mempunyai makna dan dampak khas bagi seluruh umat manusia. Rm 5:12,14-19 dan I Kor 15:22 memberi penekanan pada pelanggaran yang satu itu oleh manusia yang satu itu, dan hanya karena pelanggaran yang satu itulah dosa, hukuman dan maut berkuasa dan menimpa segenap umat manusia. Dosa itu disebut ‘seperti yang telah dibuat oleh Adam’, ‘pelanggaran satu orang’ , ‘satu pelanggaran’ ,’ketidaktaatan satu orang’ (Rm 5:14,15,16,19). Pasti yang dimaksudkan ialah pelanggaran pertama dari Adam. Jadi anak kalimat dalam Rm 5:12 ‘karena semua orang telah berbuat dosa’ , menunjuk kepada dosa-dosa segenap umat manusia terhisab di dalam dosa Adam. Itu tidak menunjuk kepada dosa-dosa nyata segenap umat manusia, apalagi kepada kebusukan hati yang diwarisi manusia. Lagipula anak kalimat dari ayat 12 tadi jelas menyatakan bagaimana ‘semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut’ (ayat 15), dan dalam ayat –ayat berikutnya ditekankan ‘pelanggaran yang satu itu’ (TBI, ‘satu pelanggaran itu’).
Jika bukan dosa yang satu itu yang dimaksudkan, maka Paulus telah menandaskan dua hal yang berlainan dengan mengaitkannya pada pokok yang sama dalam konteks naskah yang sama. Justru satu-satunya keterangan terhadap kedua bentuk pernyataan ini, ialah semua orang terhisab dalam dosa Adam. Kesimpulan itu juga harus diambil dari I Kor 15:22 ‘di dalam Adam semua orang mati’. Maut ialah upah dosa, dan melulu akibat dosa (Rm 6:23). Karena semua mati di dalam Adam, maka penyebabnya adalah karena semua berdosa di dalam Adam.
Menurut Alkitab, jenis solidaritas pada keterhisaban dengan Adam, yang menerangkan segenap umat manusia terhisab dalam dosa Adam, sama dengan jenis solidaritas dengan Kristus, yakni terhisab dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua orang yang dipersatukan dengan Dia. Gambaran kesejajaran Adam dengan Kristus dalam Rm 5:12-19; I Kor 15:22,45-49 menjelaskan jenis hubungan yang sama antara kedua tokoh itu dengan manusia. Kita tidak perlu mendalilkan sesuatu kenyataan dalam hal Adam dan umat manusia melebihi apa yang kita jumpai dalam hal Kristus dan umatNya. Kristus adalah Kepala yang mewakili umatNya. Kekepalaan demikianlah yang mutlak mendasari solidaritas segenap umat manusia dalam keterhisabannya berdosa dalam dosa Adam.
Menolak ajaran ini bukan hanya berarti tidak mau menerima kesaksian ps-ps yang berkaitan dengannya, tapi juga berarti tidak menghargai hubungan erat antara asas yang menguasai hubungan manusia dengan Adam dan asas yang menguasai tindakan penyelamatan Allah. Kesejajaran Adam sebagai manusia pertama dengan Kristus sebagai Adam terakhir, menunjukkan bahwa asas yang berlaku dan mendasari tercapainya keselamatan dalam Kristus, adalah sama dengan asas yang berlaku yang menghisab manusia berdosa dan pewaris kerajaan maut.
Sejarah umat manusia dapat diterangkan sebagai dua sisi yang bertentangan yaitu: 1. dosa – kutuk maut dan 2. keadilan pembenaran – hidup. Yang pertama timbul dari kesatuan manusia dengan Adam, yang kedua dari kesatuan dengan Kristus. Hanya kedua inilah sarana yang ada, yang didalamnya manusia hidup dan bergerak. Pemerintahan Allah terhadap manusia ditata sesuai bentuk kedua sisi itu. Jika kita mengabaikan Adam maka kita tak akan mengerti Kristus dengan sesungguhnya. Semua yang mati – mati di dalam Adam; semua yang dihidupkan – dihidupkan di dalam Kristus.

V. HATI YANG BUSUK
Dosa tidak pernah melulu hanya berupa tindakan pelanggaran dengan sengaja. Setiap keinginan melakukan tindakan kejahatan adalah lebih busuk daripada kejahatan itu sendiri. Perbuatan dosa adalah pertanda dari hati yang berdosa (bnd. Mrk 7:20-23; Ams 4:23; 23:7). Justru dosa senantiasa melibatkan hati, akal budi, pembawaan dan kehendak secara jungkir balik. Ini benar seperti jelas nampak dalam peristiwa dosa pertama, dan berlaku pada semua tindak perbuatan dosa. Karena dosa Adam ditimpakan dan ditanggungkan kepada segenap keturunannya, maka segenap umat manusia terhisab langsung dalam kejungkirbalikkan itu. Bila tidak, maka dosa Adam menjadi tanpa arti, demikian juga pentanggungan dan keterhisaban itu akan tinggal maya. Maka dapatlah dimengerti penegasan Paulus, ‘Oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa’ (Rm 5:19).
Kebusukan yang ditimbulkan dosa dan yang dalamnya semua manusia lahir ke bumi, adalah dasar keterhisaban manusia langsung terlibat dalam dosa Adam. Dengan tepat Daud menyimpulkannya, ‘Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku’ (Mzm 51:7). Dan tentang itu Tuhan Yesus berkata, ‘Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging’ (Yoh 3:6).
Kesaksian Alkitab mengenai kebusukan hati yang sifatnya merembes rata dan menyeluruh ini adalah gambling. Kej 6:5; 8:21 menyajikan bobot dan kualitasnya ‘Kejahatan manusia besar di bumi dan … kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata’ dan ‘yang ditimbulkan hatinya adalah jahat’. Kutipan ini jelas menyatakan kecenderungan hati manusia – suatu ungkapan yang pemakaiannya dalam Alkitab adalah wajar dan tepat, untuk menelanjangi sifat kebusukan hati manusia.
Dakwaan Kej 6:5 tidak dibatasi pada zaman pra Air Bah saja, dan ini jelas dari Kej 8:21. Justru sifat ‘kedosaan’ itu sudah kokoh, mantap dan berlansung terus. Karena itu tak satu pun upaya manusiawi akan mampu mengobatinya. Orang tidak akan mampu meniadakan kesaksian yang terukir dalam penyataan Allah ini. Tak ada kemungkinan lain kecuali bahwa fakta kebusukan hati itu adalah bersifat menyeluruh, baik dilihat dari kehebatan bobotnya maupun dari luasnya. Fakta ini mencakup hati manusia yang paling hakiki dan merupakan cirri khas dari watak manusia.
Kesaksian Alkitab berikutnya tentang ‘keberdosaan’ manusia adalah sama. Yahweh menyelidiki hati dan menguji batin manusia (bnd Yer 17:10), dan hasilnya, ‘Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu, hatinya sudah mambatu, siapakah yang dapat mengetahuinya?’ (Yer 17:9). Rasul Paulus dalam Rm 3:10-18 mengutip beberapa nas PL, khususnya Mzm 14 dan 53, di mana dipaparkan tuduhan-tuduhan yang paling berat terhadap manusia. Tidak ada yang terkecuali! Hal ini jelas terlihat baik dari orang Yahudi maupun orang Yunani – mereka semuanya adalah sama dan sama-sama dibawah kuasa dosa. Ayat-ayat itu juga menunjukkan betapa busuknya hati akibat dosa.
Oleh pernyataan ‘tidak ada yang benar, seorang pun tidak’ dan pernyataan-pernyataan berikutnya, maka dari sudut mana pun manusia dilihat, dirinya secara menyeluruh alpa total akan apa yang baik atau berkenan di mata Allah.
Dalam rangka nada yang sama, Rm 8:5-7 menelanjangi keinginan daging yang demikian tajamnya bertentangan dengan keinginan Roh. Penggunaan istilah ‘keinginan daging’ adalah dalam arti susila yang menghunjuk kepada kodrat manusia yang dikendalikan dan dikuasai oleh dosa. Dan itulah pula yang dimaksudkan Tuhan Yesus dengan ‘Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging’ (Yoh 3:6). Jadi apabila Paulus berkata bahwa ‘keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah’ (Rm 9:7), maka istilah itu di sini berarti ‘pikiran’ (Yunani phronema). Dengan perkataan lain, pikiran dan jalan pikiran manusia dikuasai dan ditentukan oleh permusuhan terhadap Allah; bahkan pikiran daging itu sendiri sama dengan perseteruan itu. Perseteruan adalah tindak tanduk manusia yang paling asli dan khas. Di tempat di mana kemuliaan Allah menuntut penjelmaan yang paling nyata, justru di situlah perseteruan itu paling hebat.
Walaupun mungkin orang-orang yang berhati busuk masih melakukan hal-hal yang dituntut hokum Taurat, namun mereka tidak taat kepada hokum Taurat Allah melulu oleh perseteruan itu (Rm 8:7; I Kor 2:14; bnd Mat 6:2,5,16; Mrk 7:6,7; Rm 13:4; I Kor 10:13; 13:3; Tit 1:15; 3:5; Ibr 11:4,6).


VI. KETIDAKMAMPUAN
Ketidakmampuan manusia melakukan yang baik adalah akibat ketiadaan kapasitasnya, yang menjadi tiada sebab kodrat hatinya yang busuk. Karena kebusukan hati itu menyeluruh, maka menyeluruh pula ketidakmampuan manusia untuk melakukan yang baik dan membuat hati Allah senang.
Kita tidak akan mampu mengubah watak kita atau berperilaku lain dari itu. Dalam hal pengertian, manusia duniawi tak akan dapat memahami hal-hal yang berasal dari Roh Allah, sebab hal-hal itu hanya dapat dilihat dengan mata rohani (I Kor 2:14). Mengenai ketaatan kepada hokum Taurat Allah, manusia duniawi bukan hanya tidak tunduk kepada hokum Taurat Allah, tapi bahkan tidak bisa (Rm 8:7). Mereka yang hidup menurut daging tak dapat menyenangkan hati Allah. Pohon yang tidak baik tak mungkin menghasilkan buah yang baik (Mat 7:18). Ketidakmungkinan pada kedua kasus itu tak dapat disangkal. Tuhan Yesus sendiri mengatakan, bahwa iman kepadaNya sekalipun adalah tak mungkin tanpa karunia dan tarikan Allah Bapak (Yoh 6:44,45,65). Kesaksian ini sama maknanya dengan ucapanNya yang tegas, bahwa seorang pun tak akan dapat mengerti Kerajaan Allah atau masuk kedalamnya, sebelum ia dilahirkan kembali dari air dan Roh (Yoh 3:3,5,6,8; bnd Yoh 1:3;I Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1,4,18).
Mutlaknya dan pentingnya perubahan radikal seperti penciptaan baru itu, membuktikan betapa gawatnya kedosaan manusia yang tanpa asa. Seluruh kesaksian Alkitab yang bertalian tentang manusia diperbudak dosa, menyimpulkan bahwa manusia duniawi – baik secara psikologis, susila maupun rohani – mustahil menerima hal-hal yang berasal dari Roh Allah, mustahil mengasihi Allah dan melakukan sesuatu yang menyenangkan Allah, dan mustahil percaya kepada Yesus Kristus demi keselamatan jiwanya. Perbudakan dosa inilah yang menjadi pradalil Injil, dan kemuliaan Injil adalah justru menyediakan kelepasan dari belenggu perhambaan dosa. Injil ialah Kabar Baik tentang kasih karunia dan kuasa bagi segenap umat manusia yang pada dirinya tidak berdaya sama sekali.


VII. TANGGUNGJAWAB
Karena dosa adalah sikap menentang Allah, maka Allah tak dapat membiarkan dosa atau tak acuh terhadapnya. Allah bertindak melawannya. Dan tindakanNya yang khas adalah murkaNya. Akan halnya Alkitab berulangkali menyebur murka Allah, mendorong kita memperhitungkan kenyataan dan arti murkaNya itu. PL menggunakan beberapa istilah untuk murka. Istilah bahasa Ibrani yang paling sering digunakan ialah ‘af dalam arti marah, dan kharon’af untuk mengungkapkan kehebatan murka Allah (bnd Kel 4:14; 32:12; Bil 11:10; 22:22; Yos 7:1; Ayb 42:7; Mzm 21:9; Yes 10:5; Nah 1:6; Zef 2:2); kata hema juga berulang-ulang digunakan (bnd Ul 29:23; Mzm 6:2; 79:6; 90:7; Yer 7:20; Nah 1:2); ‘evra (bnd Mzm 78:49; Yes 9:19; 10:6; Yeh 7:19; Hos 5:10) dan qetsef (bnd Ul 29:28; Mzm 38:1; Yer 32:37; 50:13; Za 1:2) cukup sering dipakai dan perlu disebut; demikian juga za’am yang melahirkan perasaan berang (bnd Mzm 38:4; 69:25; 78:50; Yes 22:31; Nah 1:6).
Jelas kelihatan bahwa dalam PL banyak ayat mengenai murka Allah. Sering beberapa istilah sama-sama tampil dalam satu ayat untuk menguatkan dan meneguhkan pikiran yang dilukiskannya. Istilah-istilah itu sendiri mengandung kehebatan pada dirinya dan dalam susunan kalimat dimana kata-kata itu dipakai, untuk mengungkapkan ketidaksenangan yang membara, rasa murka yang menyala-nyala dan pembalasan yang kudus.
Istilah-istilah Yunaninya ialah orge dan thymos. Yang pertama kerap kali bertalian dengan murka Allah dalam PB (bnd Yoh 3:36; Rm 1:18; 2:5,8; 3:5; 5:9; 9:22; Ef 2:3; 5:6; I Tes 1:10; Ibr 3:11; Why 6:17) dan yang terakhir agak jarang (bnd Rm 2:8; Why 14:10,19; 16:1,19; 19:15; lihat zelos dalam Ibr 10:27).
Karena itu murka Allah adalah suatu kenyataan yang sungguh, dan bahasa serta ajaran Alkitab mengukirkan ke dalam hati kita kesungguhan tersebut yang menjadi ciri khasnya. Ada tiga hal pokok yang perlu diketahui. Pertama, murka Allah janganlah diartikan dalam bentuk dan sifat kemarahan manusia. Murka Allah adalah rasa tidak senang atas dasar pertimbangan yang benar-benar matang dan tegas yang dituntut oleh kekudusanNya. Kedua, murka Allah janganlah diartikan sebagai dipacu oleh dendam, melainkan kemarahan yang kudus; tak ada sekelumit pun sifat kedengkian dalamnya. Murka Allah bukanlah permusuhan yang timbul dari hati yang busuk, melainkan kebencian yang benar dan pada tempatnya. Ketiga, tidak boleh merendahkan murka Allah menjadi kemauan menghukum. Murka ialah pengejawantahan positif dari ketidakpuasan, tepat seperti apa yang menyenangkan hati Allah memberikan kepuasan kepadaNya. Janganlah meniadakan dari Allah apa yang kita sebut perasaan hati. Murka Allah mempunyai padanannya dalam hati manusia, yang terungkap sempurna dalam teladan hidup Yesus sendiri (bnd Mrk 3:5; 10:14).
Justru simpul tanggung jawab karena dosa ialah murka Allah. Dan karena dosa tak pernah tanpa oknum persona, tapi justru dalamnya , dan pelakunya, yakni oknum persona itu, maka murka Allah tertuang dalam ketidaksenangan yang tertuju kepada manusia; manusia – kitalah obyek murkaNya itu. Siksaan yang bersifat hukuman yang diderita manusia adalah ungkapan murka Allah. Rasa bersalah dan tersiksa adalah pantulan di alam sadar kita akan ketidaksenangan Allah. Bobot inti kebinasaan terakhir adalah siksaan yang tek terbatas akibat murka Allah (bnd Yes 30:33; 66:24; Dan 12:2; Mrk 9:43,45,48).


VIII. KEMENANGAN ATAS DOSA
Kendati dosa adalah ihwal yang sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan pengharapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus, Adam yang terakhir, Anak Yang Kekal, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya Kristus – kelahiranNya yang ajaib, hidupNya yang taat kepada Allah secara sempurna, khususnya kematianNya di kayu salib, kebangkitanNya, kenaikanNya ke sorga ke sebelah kanan Bapak, kerajaanNya atas sejarah umat manusia dan kedatanganNya yang kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa rampasan dosa sudah dibinasakan, tuntutannya yang sadis dan aneh ditelanjangi, kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat buruk dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah dibenarkan dan dikukuh, kekudusanNya dimantapkan, dan kemuliaanNya berjaya luas.
Itulah amanat akbar Alkitab, ‘Allah dalam Kristus telah menaklukkan dosa!’ Dampak penaklukan itu terungkap dalam kehidupan umat Allah, yaitu orang-orang yang oleh iman kepada Yesus Kristus dan karya penyelamatanNya yang tuntas sempurna, dibebaskan dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukan kuasa dosa melalui kesatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya pada zaman akhir – pada waktu Kristus dalam kemuliaanNya datang untuk kedua kalinya. Pada waktu itu pula umat Allah akan dikuduskan secara sempurna, dosa akan dienyahkan dari ciptaan Allah dan sorga serta bumi baru akan terwujud dimana kebenaran diberlakukan. (Lihat Kej 3:15; Yes 52:13; Yer 31:31-34; Mat 1:21; Mrk 2:5; 10:45; Luk 2:11; 11:12-22; Yoh 1:29; 3:16 dab; Kis 2:38; 13:38 dab; Rm passim; I Kor 15:3 dab; 22 dab; Ef 1:13-14; 2:1-10; Kol 2:11-15; Ibr 8:1-10:25; I Pet 1:18-21; 2 Pet 3:11-13; I Yoh 1:6-2:2; Why 20:7-14; 21:22-22:5).


DOSA MANUSIA



Asal usul dosa manusia dapat diterangkan dalam dua fase: kebebasan dan kejatuhan manusia ke dalam dosa. Tuhan memberi kebebasan pada dua kehidupan manusia. Kitab Kejadian menceritakan manusia ditempatkan Tuhan secara bebas di Taman Eden ini berarti “taman penuh kesenangan.” Semua keperluan jasmani manusia dipenuhi oleh Tuhan (Kej 2:9), termasuk hidup kekal. Hidup manusia sangat berharga, berhasil dan berbahagia apabila melaksanakan perintah Tuhan dengan baik (Kej 2:15) yaitu menguasai, mengatur dan memelihara ciptaan Tuhan yang lain (Kej 1:28; 2:19). Tuhan Allah hanya memberikan sebuah peraturan yang membatasi kebebasan kuasa manusia untuk mengatur hidupnya: “Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati’ (Kej 2:17). Peraturan ini dibuat oleh Allah supaya manusia mengasihi dan menaatiNya dengan rela dan bukan karena terpaksa. Oleh sebab itu, manusia diberi hak dan kebebasan untuk memilih hidup yang diatur oleh Tuhan atau Iblis. Iblis memakai ular sebagai alat untuk mencobai Hawa (Kej 3:1-5). Hawa terkena cobaan si ular dan akhirnya mengambil, memakan buah yang terlarang itu, dan memberikannya kepada Adam (Kej 3:6). Sejak saat itu jatuhlah mereka ke dalam dosa (Kej 3:7). Lalu Tuhan Allah mengusir mereka dari Taman Eden (Kej 3:23-24). Sejak peristiwa itu kuasa dosa meluas kepada semua keturunan Adam. Namun “dosa warisan” di sini tidak diartikan bahwa kita menanggung kesalahan Adam. Bukan pula diartikan karena dosa Adam maka kita semua dilahirkan di bawah hukuman dosa dan tidak memiliki harapan sama sekali untuk dapat diselamatkan oleh Allah. Tetapi kita percaya bahwa karena satu orang, yaitu Adam, dosa telah masuk ke dalam dunia (Rm 5:12) sehingga semua orang menjadi manusia yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23). Berdosa di sini harus diartikan sebagai memiliki sifat cenderung untuk berbuat dosa, sama seperti Adam. Jadi, apabila kita berdosa, itu karena pilihan kita sendiri, bukan akibat menanggung kesalahan Adam! Tetapi kita juga percaya bahwa karena satu orang, yaitu Yesus Kristus, keselamatan telah masuk ke dalam dunia (Rm 5:15) sehingga semua orang berdosa yang percaya kepadaNya memiliki harapan untuk dapat diselamatkan (Rm 5:18-19).
Dosa adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan norma-norma moral hokum Allah, baik yang tertulis maupun tidak tertulis, dan yang mendatangkan murka Allah. Istilah dosa di dalam Alkitab, baik dalam bahasa Ibrani (PL) maupun dalam bahasa Yunani (PB), berarti “tidak kena sasaran” dan digambarkan dengan istilah-istilah: pemberontakan, kebengkokan, pelanggaran (Rm 4:25), kebodohan, penyelewengan (Rm 3:12), tidak percaya, mementingkan diri sendiri, tidak menurut hukum (I Yoh 3:4), kejahatan (Rm 1:29), ketidaktaatan (Ef 2:1-2), dan lain-lain. Dosa tidak dibatasi hanya pada perbuatan jahat (mencuri, membunuh, berzinah, dan lain-lain), tetapi termasuk pikiran jahat (sombong, iri hati, benci dan lain-lain). Bahkan di antara semua dosa, ada satu dosa yang tidak dapat diampuni, yaitu dosa menghujat Roh Kudus (Mat 12:31-32; Mrk 3:28-30; Luk 12:!0; Ibr 6:4-6; 10:26-27; I Yoh 5:16).
Marilah kita menyelidiki sifat dan akibat dosa. Sifat-sifat dosa manusia: menyeleweng, memberontak terhadap Allah, tidak mempercayakan diri kepada Tuhan, tidak mau bertanggung jawab, memperbudak dan mementingkan diri sendiri lebih daripada Tuhan serta sesamanya. Pertama-tama sifat dosa manusia adalah selalu menyeleweng dari pola, rencana dan tujuan Allah. Penyelewengan di sini digambarkan sebagai: “…Pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap” (Rm 1:12); “Suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan istri mereka…” (Rm 1:27); “…mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tidak wajar” (Rm 1:26); “…mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka” (Rm 1:27); “…mereka melakukan apa yang tidak pantas” (Rm 1:28) “Oleh karena mereka meninggalkan jalan yang benar, maka tersesatlah mereka…” (2Pet 2:15). Kedua, sifat dosa manusia adalah selalu memberontak terhadap Tuhan. Pemberontakan di sini digambarkan sebagai : “Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana itu dengan gambaran…” (Rm 1:23); “…mereka jadi pembenci Allah…”(Rm 1:30); “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran yang nyata dari perbuatan yang jahat” (Kol 1:21). Ketiga, sifat dosa manusia adalah tidak percaya kepada Allah. Tuhan Allah telah menyatakan diri dan kehendakNya kepada manusia. Meskipun manusia telah memahami maksudNya, tetapi dengan sengaja manusia menolakNya. Mengapa? Karena manusia tidak mau mempercayakan dirinya kepada Tuhan (Kej 3:3-5). Sifat ketidakpercayaan manusia ditunjukkan sebagai:
”Sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah” (Rm 1:21); “Mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah” (Rm 1:28). Menurut Rm 2:14-16, Tuhan telah menyatakan diri melalui suara hati, moral, akal budi manusia dan hukum Taurat kepada bangsa Israel. Menurut Rm 1:18-32, Tuhan sudah menyatakan diriNya melalui penciptaan. Manfaat semua penyataan diri Tuhan itu telah ditolak oleh manusia. Akhirnya, Tuhan menyatakan diriNya di dalam diri Yesus Kristus (Yoh 1:1-3). Tetapi orang-orang kepunyaan Tuhan pun tidak menerimaNya (Yoh 1:11). Keempat, sifat dosa manusia adalah tidak bertanggung jawab atas dirinya sendiri kepada Allah. Pada waktu Tuhan meminta pertanggungjawaban manusia, Adam menuduh Hawa dan Hawa menuduh Iblis (Kej 3:9-13). Selain itu, sifat manusia yang tidak bertanggung jawab ini digambarkan sebagai : “Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah …mereka melakukannya sendiri…” (Rm 1:32); “Mereka juga setuju dengan mereka yang melakukannya” (Rm 1:32b). Kelima, sifat dosa manusia ini adalah selalu ingin menghambakan diri kepada Iblis. Sifat penghambaan manusia ini digambarkan sebagai : “Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu” (2 Pet 2:19); “…Kamu menaati penguasa kerajaan angkasa…Mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran” (Ef 4:19); …Kamu telah menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada kedurhakaan…(Rm 6:19). Keenam, sifat dosa manusia adalah selalu mementingkan diri sendiri. Sifat mementingkan diri sendiri ini digambarkan sebagai: “Manusia akan mencintai dirinya sendiri … dan menyombongkan diri (2 Tim 3:2) “manusia tidak tahu mengasihi, tidak dapat mengekang diri” (2 Tim 3:3) “masing-masing kita balik kepada jalannya sendiri” (Yes 53:6. terj.lama).
Alkitab menjelaskan suatu kontras antara hidup manusia sebelum dan sesudah jatuh ke dalam dosa. Sebelum jatuh, manusia :
1. menikmati persekutuan yang erat dengan Tuhan;
2. mempunyai keadaan diri tertentu, sesuai dengan pola, rencana dan tujuan hidup;
3. menikmati hubungan yang erat dengan sesama;
4. menikmati pekerjaan yang baik sebagai penguasa bumi.
Akan tetapi sesudah jatuh dalam dosa, dosa telah membalikkan hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, sesamanya dan mahkluk-mahkluk ciptaan lainnya. Pertama, dosa membalikkan hubungan manusia dengan Allah. Akibat dosa ini manusia tidak lagi sungguh-sungguh ingin bersekutu dengan Allah, walaupun masih memiliki kemampuan. Hal ini terbukti, ketika Tuhan Allah mendekati manusia, ia “menyembunyikan” diri dari Allah (Kej 3:10). Kedua, dosa membalikkan hubungan manusia dengan diri sendiri. Akibat dosa, kini manusia telah mengubah pandangannya terhadap diri sendiri. Hal ini terbukti ketika “tahu, bahwa mereka telanjang,” manusia kemudian mengenakan cawat untuk menutupi tubuh mereka (Kej 3:7). Hal ini jelas menunjukkan bahwa harga diri manusia sudah jatuh karena dosa. Ketiga, dosa membalikkan hubungan manusia dengan sesamanya. Hal ini digambarkan di dalam cerita mengenai Kain dan Habel (Kej 4:1-8). Kain, anak pertama manusia, telah membunuh Habel, adiknya. Hal ini terjadi karena dosa, yaitu hati Kain panas dan mukanya muram (Kej 4:6). Jadi, dasar yang paling lemah bagi hubungan manusia dengan sesamanya ialah rasa malu. Karena malu, manusia cenderungmembela diri, menyerang atau mengasingkan diri dari orang lain. Jika hal ini terjadi maka dosa sungguh-sungguh telah menghancurkan hubungan manusia dengan sesamanya. Keempat, dosa membalikkan hubungan manusia dengan semesta alam. Akhirnya, dosa manusia juga merintangi hubungan dengan mahkluk-mahkluk ciptaan lainnya. Menurut Kej 3:17-18, akibat dosa manusia akan mengalami kesusahan dalam usahanya, baik untuk mendapatkan makanan dari bumi ini maupun untuk mengatur ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya.
Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka pola, rencana dan tujuan Tuhan dalam penciptaan telah diselewengkan dan gambar Allah di dalam manusia telah dirusakkan (Rm 3:23). Bahkan kini manusia berada dibawah kuasa maut (= terpisah dari Tuhan Allah – Rm 6:23). Maka sekarang manusia perlu ditebus dari dosa dan dikembalikan menurut pola, rencana dan tujuan Tuhan yang semula. Itulah sebabnya, Allah menjanjikan kedatangan seorang penebus, yang akan menebus manusia dari kuasa dosa si Iblis (Kej 3:15). Keyakinan yang teguh bahwa Tuhan akan mengutus Penebus itu telah menjadi dasar kepercayaan umat Israel di dalam PL. Sebaliknya di dalam PB, kita melihat keyakinan yang teguh dari umat Allah bahwa Penebus itu telah datang di dalam diri Yesus Kristus.


AYAT-AYAT UNTUK DIINGAT!

Yeremia 17:9; Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?
Roma 3:23; Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Roma 5:19; Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi benar.


UNTUK DISELIDIKI!

 Sebutkanlah nama-nama Alkitabiah untuk dosa manusia (Ayb 15:5; Mzm 32:1-2; 55:16; Rm 1:!8; 5:15; I Yoh 3:4)!
 Apakah kata jahat di dalam Alkitab selalu berarti dosa? (Kel 5:19; 2 Raja 6:33; 22:16; Mzm 41:8; 91:10; Ams 16:4)
 Apakah Alkitab mengajar bahwa manusia berdosa sejak lahir? (Mzm 51:7; Yes 48:8)


UNTUK DIDISKUSIKAN!

1. Bagaimana ajaran Alkitab tentang asal-usul dosa manusia?
2. Bagaimana pandangan Alkitab terhadap dosa warisan? Bagaimanakah hubungan kita dengan Adam?
3. bagaimana akibat dosa manusia mempengaruhi hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama dan mahkluk-mahkluk ciptaan Tuhan yang lain?
4. Diskusikan janji Allah tentang seorang Penebus dosa manusia (Kej 3:15) dan maknanya bagi bangsa Israel di dalam Perjanjian Lama dan umat Allah di dalam Perjanjian Baru!